DPRD Batanghari Minta Dinas Peternakan Waspada Penyakit LSD Pada Hewan Ternak

oleh -53 Dilihat

Jambioke.com-  Setelah wabah penyakit mulut dan kaki (PMK) mereda, saat ini beredar penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit kulit berbenjol pada hewan ternak sapi dan kerbau. Untuk itu, Anggota DPRD Kabupaten Batanghari Adison meminta Dinas Peternakan Batanghari mewaspadai ancaman wabah tersebut.

Terlebih lagi saat ini, gejala LSD sudah ditemukan di beberapa daerah. Berdasarkan data Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan menunjukan, sejak Januari-Agustus 2024 sudah ada 1.065 ternak di Sumatera yang terjangkit.

“Menurut info yang saya peroleh, penyakit yang berawal dari luar negeri sekarang sudah masuk ke pulau Sumatera. Karena itu kita perlu meningkatkan kewaspadaan,” kata Adison (23/3/2024).

Politisi PKS ini juga mengatakan bahwa saat ini penyebaran LSD juga terus meluas. Maka, dirinya mendorong Dinas Peternakan untuk segera berkoordinasi dengan pihak terkait guna melakukan pencegahan.

Dia juga menandaskan untuk mengantisipasi merebaknya kasus tersebut, maka perlu dilakukan edukasi massif agar masyarakat dan peternak lebih sigap dan tidak panik saat menjumpai gejala tersebut di hewan ternaknya.

“Saya minta Dinas Peternakan bergerak cepat melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat maupun membuat SOP, agar penyakit ini bisa diatasi lebih dini dan kita tidak menunggu penyakit ini ada,” ujarnya.

Tak hanya itu, dia juga meminta pada Dinas Peternakan untuk mengalokasikan anggaran lebih. Khawatirnya nanti akan merebak seperti wabah PMK. “Sehingga ketika wabah ini ada maka pemerintah sudah siap dengan alokasi anggaran, jadi tidak sulit dalam membiayai penyakit kulit berbenjol tersebut,” ungkapnya.

Sebagai informasi, Lumpy Skin Disease (LSD) adalah penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV) yang merupakan virus bermateri genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae.

Hewan yang terinfeksi penyakit ini umumnya memiliki gejala demam tinggi, penurunan tajam produksi susu dan mastitis sekunder, penurunan berat badan, infertilitas, sterilitas pada sapi pejantan bibit, aborsi, dan kerusakan kulit permanen. Akibatnya hewan ternak punya periode kesembuhan yang lama, tidak dapat kembali ke tingkat produksi yang sama.

No More Posts Available.

No more pages to load.